Hipothermia adalah gangguan kesihatan yang terjadi di dalam tubuh di mana terjadi penurunan suhu tubuh secara tidak wajar disebabkan tubuh tidak mampu lagi mengeluarkan haba panas untuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat kerena persekitaran yang ekstrim seperti udara sejuk disertai angin, hujan, dan tidak mengambil berat perkara ini sendiri menyababkan keadaan makin kritikal, seperti memakai pakaian basah, tubuh lelah dan lapar, serta seluruh tubuh terutama kepala tidak terlindung dari terpaan angin dingin. Situasi tersebut menjadikan suhu tubuh turun dengan cepat dari 37°C (temperature normal) secara keseluruhan turun hingga di bawah 35°C. Selanjutnya kematian boleh terjadi bila suhu badan terus semakin turun drastis hingga dibawah 30°C. Jangan memyalahkan keadaan cuaca yang ekstrim, penyebab dan pemicu datangnya Hipothermia di Gunung bukanlah semata karena udara dingin, disertai datangnya hujan dan badai, tetapi tak lain karena sikap mental dan perilaku dari si pendaki itu sendiri yang mengundang agar dirinya terserang hipothermia, selanjutnya ketidak tahuan atau tidak memperdulikan ancaman hipothermia saat bertualang di gunung hanya akan manghadapkan seseorang dengan sebuah masalah serius, yaitu kematian.
Hipothermia boleh dihindari apabila betul-betul difahami, tetapi yang mengikuti aktiviti luar menganggap remeh dan tidak peduli dengannya hingga saat hypothermia mulai menyerang , mereka tidak tahu harus berbuat apa, bahkan pada tahap lanjut hipothermia dimana penderita berperilaku aneh, teman-temannya mengira kerasukan hantu. Satu hal yang perlu dipahami bahawa hipothermia bisa menyerang di mana saja, tidak harus di gunung, didataran rendah, di laut, kolam renang, ataupun di sungai atau mandi berlebihan pada waktu malam semasa perkhemahan..
Mangsa Hipothermia khusus para pendaki gunung yang tersesat di gunung berakhir kisah hidupnya karena terserang hypothermia (yang tidak disedarinya). Sejak awal tersesat biasanya mereka sudah melakukan tindakan fatal yang akan makin memperburuk situasi mereka (seperti: bergerak dengan cepat yang karena panik lalu menjadi lincah melebihi pergerakan normal. Manuver ini jelas mengurangkan sebagian besar dari tenaga yang ada). Dari beberapa kes orang yang tersesat digunung, dalam pergerakannya mencari jalan keluar cenderung memilih bergerak mengikuti aliran sungai dengan pertimbangan sungai pasti sampai ke petempatan manusia, selain itu kemungkinan besar boleh memperoleh air dengan cepat apabila haus. Tidak sedikit survivor terpeleset jatuh ke dalam sungai, atau dengan sengaja mereka memilih berjalan di dasar sungai karena tepi sungai semak dan sukar dilalui, sementara mereka takut bila jauh dari sungai akan makin tersesat, sehingga keputusan terbaik (yang berisiko paling tinggi) dari semua pilihan yang tidak diinginkan adalah tetap mengikuti aliran sungai dengan berjalan di dasar sungai (umumnya sungai-sungai digunung berisi batu-batu tua berlumut dan pasir). Yang ada dalam pikiran survivor hanyalah sesegera mungkin menemukan tanda-tanda yang boleh membawanya bertemu dengan orang. Dan dalam pencariannya ini pergerakan survivor menjadi semakin jauh tanpa arah yang jelas, berteriak-teriak, meninggalkan sebagian atau seluruh perlengkapannya dengan maksud agar pergerakan mencari jalan keluar dari ketersesatannya itu menjadi lancar tidak terbelenggu oleh beban ransel yang dibawa. Ditengah kebingungan di belantara asing itu kabut mulai turun, bahkan disertai hujan (jangan selalu berprasangka bahwa musim kemarau digunung, cuaca akan selalu bersahabat dan sesuai dengan ramalan-ramalan kita yang tak berdasar sehingga kita akan panik dihantam hujan, serta ribut). Dengan sisa tenaga dan pakaian yang mulai basah oleh keringat, juga hujan, mungkin saja survivor memilih untuk segera mencari tempat berlindung atau melanjutkan pergerakan karena sudah kepalang basah. Bergerak ditengah hujan kabut hanyalah setu tindakan bunuh diri sementara rain coat, atau ponco dan jacket di tinggalkan entah di mana. Berteduh dari kabut atau hujan (diam dan tidak bergerak) semakin membuat tubuh menggigil kedinginan, hingga umumnya survivor tetap memilih bergerak. Tanpa disadari tenaga terus berkurang hingga tubuh menjadi lemah dan lietih. Selanjutnya ditengah keterasingan itu hanya Tuhan Yang Maha Tahu.
Penting bagi pendaki gunung, pecinta alam sekitar atau penggemar kegiatan luar memahami cara kerja pembunuh tersebut, agar dalam situasi tersesat atau tertimpa suatu masalah saat berada di alam bebas tidak bertindak terburu-buru. Pada situasi seperti apa orang akan terkena hipothermia (telah disentuh sedikit diawal tulisan bahwa hipothermia adalah keadaan suhu badan beransur-ansur hilang, diikuti keseluruhan suhu tubuh ""ngedrop"" atau turun secara drastik, dan tanpa ada usaha dari dalam dan luar tubuh untuk memproduksi panas, maka temperatur akan semakin turun hingga di bawah 30° Celcius, atau dengan kata lain mendekati pintu kubur? Secara umum, buruknya penyekat (pakaian yang dikenakan) untuk menahan dingin dan angin, memakai pakaian basah, berendam ke dalam air (boleh jadi berendamke dalam air hangat dalam waktu yang lama), kondisi tubuh yang lelah di dalam cuaca dingin berangin, semua itu merupakan faktor mendapat hipothermia. Dalam situasi seperti inilah tanpa disedari bencana hipothermia boleh menamatkan riwayat seseorang yang sama sekali tidak memahami apa yang sedang terjadi terhadap dirinya.
menu <<>> Sambung
1 OKTOBER, 2021
4 tahun yang lalu
Tiada ulasan:
Catat Ulasan